Rabu, 14 November 2018

Berbagi Pengalaman Serta Tips Dalam Menaklukkan Passing Grade Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS 2018

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

Kali ini saya akan sedikit berbagi pengalaman seputar seleksi CPNS 2018 dimana Alhamdulillah saya berhasil mencapai nilai passing grade yang ditetapkan oleh pemerintah. Mungkin pengalaman saya ini bisa sedikit membantu teman-teman yang belum melaksanakan tes SKD.

Seperti kita ketahui bahwa tahapan pertama dalam seleksi CPNS yaitu seleksi administrasi, jangan sepelekan hal-hal sekecil apapun dalam persyaratan administrasi. Saya pun demikian, dari tahap seleksi administrasi saya usahakan dengan sepenuh hati memenuhi segala persyaratan seribet apapun. Mengurus legalisir ijazah, transkrip nilai serta surat keterangan akreditasi di kampus yang sebenarnya saya sangat malas lagi untuk berurusan. Belum lagi mengurus legalisir KTP dan Kartu Keluarga yang hanya bisa dilakukan oleh Discapil Kabupaten dimana jarak yang harus ditempuh sangat jauh dan butuh biaya. Namun semua itu harus saya usahakan jika ingin lulus tahap administrasi ini, dan ketika pengumuman seleksi administrasi saya dinyatakan lulus, Alhamdulillah tahap awal terselesaikan. Banyak juga orang yang bahkan harus gugur di tahap administrasi ini, sungguh sangat disayangkan.

Setelah dinyatakan lulus administrasi, disinilah perjuangan sesungguhnya dimulai, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Dengan berbekal beribu-ribu materi serta contoh soal yang tersebar, serta aplikasi android mengenai simulasi tes CAT Seleksi Kompetensi Dasar, mulailah saya dengan sepenuh hati mempelajarinya. Berhubung instansi yang saya lamar mendapat jadwal yang tidak terlalu awal menjadi keuntungan sendiri karena bisa mempunyai waktu lebih banyak untuk belajar. Sambil sesekali saya sering berfikir pesimis mengingat kuota formasi yang saya lamar hanya berjumlah 2 biji, entahlah saat itu saya mungkin bisa dikatakan modal nekat saja, karena saya juga sadar akan kemampuan otak saya yang pas-pasan. Ditambah lagi banyak beredar berita mengenai minimnya peserta yang mencapai passing grade di instansi/lembaga yang telah lebih awal melaksanakan tes SKD. Disitulah perasaan tidak percaya diri semakin bertambah, namun sekuat mungkin saya hilangkan perasaan tersebut dan fokus belajar. Mulailah saya  mempelajari materi materi yang sudah saya download dari beberapa sumber, dan yang paling membuat saya kesusahan yaitu mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan Matematika. Jujur saja dari Sekolah Dasar sampai bangku kuliah saya paling anti sama pelajaran Matematika, Mathematic is the most difficult study in the world. Untuk itu saya lebih meluangkan banyak waktu belajar matematika, meskipun saya merasa mustahil bisa mengerjakan soal matematika.

Seperti yang kita ketahui dalam SKD ini ada 3 kategori yang harus kita capai nilai passing grade nya, yaitu Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Intelegensi Umum (TIU), dan Tes Kepribadian (TKP). Untuk materi TWK yang banyak beredar yaitu seputar perjalanan sejarah Indonesia dari masa penjajahan sampai dengan merdeka, Pancasila, UUD 1945, Tata Negara, Lembaga-Lembaga Negara, Hubungan Internasional, Tata Bahasa Indonesia sesuai EYD, dll.. sedangkan untuk TIU yaitu seputar Matematika (Aljabar, algoritma, deret), penalaran verbal, antonim-sinonim, premis, dll. Sedangkan yang terakhir yaitu TKP yang merupakan soal-soal yang butuh konsentrasi tingkat tinggi, tidak ada jawaban benar ataupun salah. Setiap hari sebisa mungkin saya mempelajari materi serta latihan menjawab soal melalui aplikasi android disela kesibukan pekerjaan kantor. Saya usakahan sebelum tidur dan sesudah bangun tidur untuk terus mengerjakan soal latihan, selain untuk mengasah materi yang sudah dipelajari seharian, juga sebagai ajang latihan dalam mengerjakan soal dengan berburu waktu.

Ketika saya sudah mendapatkan jadwal pelaksanaan ujian yaitu hari Senin tanggal 5 November 2018, disitu perasaan gugup dan kadang tidak tenang mulai menghantui. Namun melihat postingan di facebook tentang orang-orang yang lulus passing grade membuat saya berfikir, mereka saja bisa masa saya tidak bisa. Dari situlah keyakinan untuk bisa lulus passing grade semakin meningkat, yang ada dalam fikiran saya pada saat itu saya ingin seperti mereka, keluar dari ruangan ujian dengan perasaan bahagia dan senyum merekah.

Tibalah hari Senin, hari paling menegangkan setelah sidang ujian skripsi. Saat itu saya mendapatkan jadwal di sesi ke 4 (pukul 14.30), dari kantor saya langsung berangkat ke tempat ujian dengan membawa tekat dan rasa gugup yang melanda. Untuk sesi ke 4 ada sekitar 240 peserta, dan cuma 1 orang yang saya kenal dalam sesi tersebut. Setelah mengantri beberapa saat untuk registrasi serta pengecekan, saatnya kami memasuki ruangan tanpa AC tersebut. Suasananya Alhamdulillah tenang dan adem.

Waktu pengerjaan soal dimulai setelah mengisi form login, saya langsung menjalankan sesuai tips yang beredar yaitu mengerjakan soal TKP terlebih dahulu, dan saya rasa cukup membantu karena beberapa kali saya melirik ke peserta yang lain banyak yang mengerjakan soal TWK terlebih dahulu, hasilnya saya sudah mengerjakan banyak soal dan sudah berpindah ke TWK, mereka masih stuck di soal TWK. Kesan pertama setelah mengamati soal-soal dalam TKP "ini kok beda sekali ya dengan soal-soal yang selama ini saya pelajari, ini kok pilihannya mirip-mirip semua, soal-soalnya juga lebih panjang", namun entah kekuatan dan ketenangan dari mana saya langsung gas menjawab soalnya tanpa skip satupun soal yang menurut saya susah. Saya membaca soal dengan sangat cepat bahkan rasanya saya tidak mengambil nafas dalam sekali membaca soal TKP tersebut. Entahlah mengapa saat itu saya rasanya harus berburu dengan waktu karena saya tau bahwa pertanyaan TWK dan TIU yang menurut saya paling rumit masih menanti saya. Adapun tips saya dalam menjawab soal-soal TKP yaitu posisikan lah diri kita sebagai manusia paling berintegrasi di dunia ini, dalam menjawab soal-soal TKP kita dipaksa untuk tidak menjadi pribadi yang egois dan tidak perlu mengikuti kata hati kita yang ingin menjawab ini karna kenyataannya jawabannya adalah itu, atau istilah kasarnya kita diajarkan untuk menjadi orang yang munafik. Biasanya dalam 1 soal, ada dua jawaban yang menurut kita paling benar namun keduanya hampir memiliki makna yang sama. Baca baik baik pertanyaannya karena ada beberapa jawaban menurut kita benar namun ternyata tidak nyambung dengan pertanyaannya. Dan hasilnya...
nilai TKP saya sebesar 148 dari 143.

Selanjutnya yaitu berpindah ke soal TWK. Banyak peserta yang bilang kalau soal TKP adalah yang tersulit, namun menurut saya yang tersulit malah soal TWK, diantara semua materi yang paling saya fokus untuk dibaca dan dihafal yaitu materi TWK ini, alasannya karena melihat contoh soal yang selama ini saya pelajari itu soal-soalnya berupa pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang pasti, seperti pertanyaan "pasal berapa ayat berapa", "Pada tanggal berapa", "Siapa tokoh yang bla bla bla", dll. Namun tanpa disangka pas mengerjakan soal-soal TWK kesan saya "ini kok macam begini soalnya, tak ada satupun materi yang saya pelajari masuk di soal-soal ini". Padahal saya sudah mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia secara detail, namun tak ada satupun pertanyaan yang berkaitan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Kalau begitu tentang apa dong soal-soalnya? jawabannya adalah soal-soal yang lebih kepada penalaran kita terhadap makna pancasila, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Kita tidak perlu menghafal pasal-pasal dalam UUD 1945 ataupun simbol-simbol dalam Pancasila. Kita hanya perlu memaknai makna dari setiap sila pancasila, bagaimana mengidentifikasi setiap hal dalam kehidupan sosial termasuk dalam sila pancasila yang mana. Saran saya bagi teman-teman yaitu tidak perlu lah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari materi TWK karena sudah saya tekankan bahwa tidak ada satupun yang masuk dalam soal, dan itu bukan saya saja yang mengalami. Dan hasilnya... nilai TWK saya sebesar 85 dari 75.

Yang terakhir adalah soal TIU. Dalam mengerjakan soal TIU entah kenapa saya serasa dimudahkan, karena menurut saya soal TIU lumayan mudah. Untuk soal paling menakutkan (read: Matematika) saya sudah memasrahkan diri untuk menjawab secara asal, kecuali untuk soal-soal mengenai angka deret yang menurut saya sangat mudah serta ada beberapa soal-soal yang pertanyaannya sangat panjang dan berbelit namun ternyata jawabannya sangat mudah. Untuk soal-soal terkait penalaran verbal dan non verbal dibutuhkan konsentrasi yang sangat fokus. Terdapat beberapa soal-soal yang sangat panjang mengenai pemahaman terhadap kalimat, usahakan untuk membaca secara cepat namun cermat. Dan hasilnya nilai TIU saya 100 dari 80.

Disaat saya sudah selesai mengerjakan seluruh soal, terdapat sisa waktu 9 menit. Saya melihat banyak peserta yang sudah keluar dari ruangan meskipun masih terdapat sisa waktu. Namun saya memanfaatkan sisa waktu tersebut untuk memperbaiki jawaban soal-soal TKP, dan saya rasa itu membantu meningkatkan skor TKP saya. Tiba saatnya untuk mengetahui total skor, perasaan saya pada saat itu lebih condong ke 'Tidak Lulus', namun takdir Allah ternyata berpihak kepada saya, saya langsung bertanya kepada panitia untuk memastikan apakah nilai saya ini dinyatakan mencapai passing grade atau tidak. Dan disitu saya langsung diberikan ucapan selamat dari para panitia. Allah maha baik, Allah maha mendengar. Rasa bahagia dan bangga yang tidak terkira saya bisa mengalahkan banyak peserta. Saya bahkan sempat berfikir kalaupun kedepannya terdapat hambatan untuk sampai ke tahap akhir, setidaknya saya pernah merasakan perasaan menang dalam berkompetisi. Dalam perasaan haru dan bahagia tersebut, saya rasanya ingin segera mengetahui bagaimana reaksi orangtua saya ketika mengetahui hal tersebut. Dan hasilnya mereka terharu sekaligus tidak menyangka anak mereka yang belum berguna ini bisa lulus.

Pesan saya untuk teman-teman peserta yang belum beruntung ke tahap selanjutnya, ketahuilah bahwa kami peserta yang lulus passing grade bukan berarti kami lebih baik dan lebih pintar dari kalian. Ini sudah merupakan takdir dari Allah yang Maha Kuasa. Yakinlah akan ada kesempatan dilain waktu.
La tahzan, Innallaha Ma'ana. Maybe the worst of your today be the best of your tomorrow. Percaya dan yakin. Insya Allah.