Bagi penggemar bulutangkis, nama
Kevin Sanjaya sudah pasti sangat spesial terdengar. Bersama dengan rekannya
Marcus Gideon, kini mereka menjadi pemain ganda putra nomor 1 dunia. Sebuah pencapaian
yang sangat luar biasa bagi atlet bulutangkis Indonesia. Sebenarnya jika kita
melihat kebelakang memang tidak perlu diragukan lagi jika sektor ganda putra
(mens double) menjadi kekuatan utama bagi kehebatan bulutangkis Indonesia, jika
sebelumnya ada nama pasangan Ricky Subagja/Rexy Mainacky dan Hendra
Setiawan/Mohammad Ahsan yang menjadi aset kebanggaan bagi Indonesia, saat ini
sudah dipastikan menjadi masa berjayanya pasangan Kevin-Marcus atau yang biasa
dikenal dengan julukan ‘Minions’.
Tahun 2017 dapat dibilang menjadi
tahunnya Minions, dari seluruh turnamen BWF Superseries yang diadakan sepanjang
2017, mereka berhasil memasuki laga final sebanyak 9 kali, dan menghasilkan 7
gelar Superseries. Bahkan turnamen sebesar All England, China Open, dan
Superseries Final berhasil mereka raih dalam setahun. Pencapaian tersebut
melampaui rekor yang sebelumnya dipegang oleh pasangan hebat Korea Selatan Lee
Yong Dae/Yoo Yeon Seong yang pernah meraih 6 gelar Superseries dalam setahun.
Minions seakan menjadi pasangan yang paling sulit dikalahkan dan sangat ingin
dikalahkan oleh pasangan lain.
Untuk Kevin Sanjaya sendiri di
mata saya merupakan pemain bulu tangkis yang sangat ‘special’. Perlu dicatat disini
saya menyampaikan kesan terhadap kehebatan seorang Kevin Sanjaya tanpa
mengesampingkan peran Marcus Gideon sebagai partnernya. Namun saya hanya akan ingin menyampaikan
mengapa saya menganggap Kevin Sanjaya sebagai ‘the special one’.
Seperti yang penggemar
bulutangkis ketahui, Kevin itu mempunyai skill bermain di atas rata-rata
apalagi jika ditempatkan di posisi depan net. Salah satu kehebatan seorang
Kevin Sanjaya yang paling banyak diakui oleh banyak orang bahkan oleh pemain Negara
lain yaitu soal kecepatan bermain seorang Kevin. Bahkan ada seorang pemain Negara
lain yang mengatakan kalau Kevin itu bisa mengembalikan bola yang bahkan
menurutnya sudah mustahil bagi pemain lain untuk menyelamatkan bola tersebut
dari serangan lawan. Kalau menurut saya sendiri yang sudah sangat sering
mengamati permainan Kevin Sanjaya, Kevin itu pemain yang sangat gesit dan bisa
menguasai lapangan dengan lincahnya, kalau saya sendiri menjulukinya sebagai ‘belut’
di lapangan. Dengan postur badan yang bisa dikatakan mungil dibanding pemain luar, Kevin mampu memanfaatkan postur
tubuh nya itu sebagai benteng kokoh dalam defence. Banyak aksi-aksi hebat Kevin
Sanjaya di lapangan yang sering mendapat decak kagum dari penonton disetiap
turnamennya.
Dibalik kehebatan seorang Kevin
Sanjaya dengan kecepatan bermain yang luar biasa dan defence yang hebat, Kevin sering disoroti
karena ulah di lapangan yang sering di anggap provokatif dan bad attitude,
kalau di Indonesia sering disebut ‘tengil’. Salah satu ulah tengil yang paling
sering dilakukannya saat pertandingan yaitu ketika bola lawan yang diyakini sudah
out namun Kevin seolah-olah ingin memukul bola tersebut. Ulah tengil Kevin di
lapangan bahkan sering membuat pemain lawan merasa kesal dan pertandingan
menjadi panas. Saya masih ingat sewaktu pertandingan melawan pasangan Malaysia
Goh V Shem/Tan Wee Kieong dalam Thomas Cup 2018 di Bangkok, saat itu pemain
Malaysia Goh V Shem sempat tersulut oleh aksi provokasi Kevin. Pertandingan tersebut
menjadi sangat menarik dengan bumbu bumbu emosi antara Kevin Sanjaya vs Goh V
Shem. Namun setelah pertandingan, Kevin dan Goh V Shem malah terlihat berbalas
komentar dengan hangat di Instagram. Jadi intinya Kevin itu menurut saya hanya
bertingkah menyebalkan ketika sedang di lapangan, dan di luar tentu saja
bertingkah seperti biasa, mungkin itu hanya strategi seorang Kevin dalam
menguji mental lawan mainnya. Tingkah menyebalkan Kevin yang paling banyak
mendapat reaksi pro-kontra mungkin pada saat pertandingan melawan pemain
Denmark duo Mads (Mads Conrad/Mads Colding) dalam turnamen di rumah sendiri
Indonesia Open 2018. Pernah lihat dalam pertandingan bulutangkis seorang pemain
mengacungkan thumbs down kepada lawannya? Ya itu dia, Kevin Sanjaya
melakukannya. Pertandingan memang sempat panas pada set ketiga dimana saat itu
Minions memimpin poin, Kevin tersulut emosi lantaran pemain Denmark terlihat
sering mengulur waktu (pemain Eropa khususnya Denmark memang terkenal sering
mengulur waktu dalam bermain), dan untungnya berakhir dengan kemenangan Minions
dan diakhir pertandingan itulah Kevin melakukan aksi thumbs down tersebut. Hal tersebut
menjadi perbincangan ramai banyak pihak, banyak yang menganggap aksi tersebut tidak pantas dilakukan, bahkan
PBSI turun tangan dengan memberikan teguran kepada Kevin. Namun menurut saya,
seorang Kevin Sanjaya itu tidak akan melakukan aksi provokasi kepada lawan
tanpa sebab, ketika lawan tidak duluan memulai memancing jiwa tengil Kevin,
Kevin akan bermain dengan santai seperti biasa. Coba saja perhatikan ekspresi
dan cara bicara Kevin ketika sedang di wawancara ataupun dalam sebuah talkshow,
sangat berbanding terbalik dengan karakternya di lapangan, lebih terkesan
pemalu dan kalem. Pada awalnya sebenarnya saya juga sempat mengganggap Kevin
Sanjaya sebagai pemain yang sangat bad attitude dan terkesan sombong, namun
setelah mengamati lebih jauh, anggapan saya itu hilang. Menurut saya tingkah
tengil Kevin itulah yang membuat pertandingan menjadi lebih menarik dan seru
untuk di saksikan. Untuk membahas seorang Kevin Sanjaya sebenarnya akan sangat
memakan tulisan yang panjang namun saya rasa cukup sampai disini saja. Masih banyak
ulah ulah tengil Kevin yg lain, apalagi urusan asmara dan kehidupan pribadi
Kevin (mungkin akan di post lain kali) hahahaha.
T
idak dapat dipungkiri kalau saat
ini Minions menjadi ‘tulang punggung’ bagi bulutangkis Indonesia untuk sektor
turnamen beregu ataupun persaingan mendapat title juara bagi Indonesia untuk
level turnamen superseries 500 ke atas. Meskipun dalam turnamen beregu level
Asian Games, Thomas Cup, dan Sudirman Cup Minions belum berhasil mempersembahkan
gelar untuk Indonesia, namun peran Minions dalam setiap pertandingan beregu menjadi
sangat penting karna selalu dipastikan memetik kemenangan dan berbuah poin
dibanding pemain Indonesia lain yang masih belum konsisten, khususnya sektor
tunggal putra. Merajai turnamen Superseries akan menjadi kepuasan sendiri bagi
banyak pemain khususnya Minions, namun akan sangat membanggakan lagi jika
diikuti dengan gelar gelar prestisius seperti turnamen beregu tadi. Kita tunggu
saja dalam 2 tahun kedepan, akankah Minions mampu mempersembahkan gelar untuk
Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020, Thomas Cup dan Sudirman Cup, atau kejuaraan
dunia yang belum mereka cicipi sama sekali..




Tidak ada komentar:
Posting Komentar